Kecerdasan buatan atau yang kita kenal sebagai AI (Artificial Intelligence) adalah sebuah alat (setidaknya untuk saat ini) yang mensimulasikan cara kerja otak manusia.
Otak manusia memiliki banyak neuron/syaraf yang saling terhubung dan berkomunikasi satu sama lain, AI mengadopsi cara kerja tersebut. Sebagai hasilnya, dengan pelatihan yang cukup, AI dapat melakukan hal-hal dasar yang dilakukan manusia seperti pengambilan keputusan, kualifikasi benda, prediksi, percakapan, dll.
Ada orang yang bilang bahwa AI bakal menggantikan pekerjaan manusia, tapi tidak sedikit juga orang yang bilang bahwa AI gak bakal menggantikan pekerjaan manusia, bahkan mungkin anda salah satunya. Di artikel ini, saya akan membahas kenapa opsi kedua adalah opsi dengan probabilitas terendah.
Sebenarnya konsep AI yaitu neural network sudah ditemukan pada tahun 1943 oleh Warren McCulloch dan Walter Pitts, dua ilmuwan yang mencoba memodelkan cara kerja otak manusia melalui matematika sederhana. Dari situ, AI terus berkembang, tapi baru meledak belakangan ini berkat kemajuan teknologi seperti big data dan komputasi cloud.
Menurut Nick Bostrom, AI dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase ANI (Artificial Narrow Intelligence), AGI (Artificial General Intelligence), dan ASI (Artificial Super Intelligence). Mau tau lebih lanjut tentang fase-fase itu? Mari kita breakdown satu per satu:
- ANI (Artificial Narrow Intelligence): Ini fase awal di mana AI cuma jago di satu tugas spesifik aja, seperti Siri yang bisa jawab pertanyaan atau algoritma Netflix yang rekomendasiin film. AI di sini masih "sempit" kemampuannya, tapi udah super berguna untuk tugas repetitif.
- AGI (Artificial General Intelligence): Nah, ini level selanjutnya di mana AI bisa melakukan hampir semua tugas intelektual yang manusia bisa, bahkan mungkin lebih baik. Bayangin AI yang bisa belajar apa aja tanpa perlu diprogram ulang, seperti manusia yang adaptif di berbagai bidang.
- ASI (Artificial Super Intelligence): Ini fase puncak, di mana AI melebihi kecerdasan manusia secara keseluruhan. AI bisa memecahkan masalah kompleks yang bahkan manusia nggak bisa, seperti menyembuhkan penyakit langka atau memprediksi perubahan iklim dengan akurat super tinggi.
Kita sekarang ada di fase ANI, fase di mana AI bisa kita gunakan sebagai alat yang akan sangat membantu kita karena dia sudah bisa menyelesaikan berbagai masalah dasar terutama dalam hal koding, design, dan industri digital lainnya.
Seiring dengan data latihan yang terkumpul, berkembang juga kemampuan AI untuk menjadi lebih baik dari versi-versi sebelumnya. Hal ini tentu akan membawa AI ke masa AGI dan bahkan ASI, masa di mana kemampuan AI sudah melebihi manusia.
AI adalah kode, ia adalah mesin, jauh lebih murah, cepat, dan efisien daripada tenaga manusia. Hal ini akan dilirik oleh pelaku usaha terutama investor, tenaga kerja manusia akan hilang perlahan-lahan hingga pada ujungnya pasti memberikan kontribusi pada perubahan ekonomi global.
Nah, mari kita jabarkan efek dan contoh kasus nyata dari pekerjaan simple sampai pekerjaan yang butuh tenaga kerja terlatih. Mulai dari yang sederhana, misalnya pekerjaan kasir di minimarket atau pengemudi taksi. AI udah mulai gantikan ini lewat self-checkout machine di Walmart atau mobil otonom seperti Waymo dari Google, yang bikin ribuan pekerjaan hilang tapi efisiensi bisnis naik hingga 30% (menurut laporan McKinsey). Di Indonesia, lihat aja Gojek yang pakai AI untuk rute optimal, mengurangi kebutuhan driver manual.
Lanjut ke pekerjaan menengah seperti desainer grafis atau penulis konten. Tools seperti Canva AI atau ChatGPT udah bisa bikin desain dan artikel dalam hitungan detik, yang dulu butuh jam kerja manusia. Contoh nyata: Perusahaan media seperti BuzzFeed udah potong staf penulis karena AI generate konten, hasilnya penghematan biaya tapi unemployment naik di sektor kreatif.
Untuk pekerjaan terlatih seperti dokter atau pengacara? AI mulai nyerang sini juga. IBM Watson bisa diagnosa kanker lebih akurat daripada dokter rata-rata, dan di bidang hukum, AI seperti Harvey AI bantu analisis kontrak, menggantikan jam kerja paralegal. Di AS, firma hukum besar udah kurangi staf junior hingga 20% berkat ini. Efek ekonominya? Pengangguran struktural naik, tapi GDP global bisa tumbuh 15% karena produktivitas (prediksi PwC). Singkatnya, AI bikin ekonomi lebih efisien, tapi distribusi kekayaan jadi timpang – yang kaya tambah kaya, yang biasa aja kehilangan pekerjaan.
Tetapi jangan khawatir, manusia sudah melalui berbagai macam perubahan zaman, mulai dari Revolusi Industri abad ke-18 di mana mesin uap gantikan pekerja tenun manual, bikin jutaan buruh kehilangan kerja tapi lahir industri baru seperti pabrik mobil. Lalu era komputer di 1980-an, di mana typewriter dan akuntan manual digantikan software seperti Excel, tapi manusia adaptasi dengan jadi programmer atau data analyst. Bahkan di era internet 2000-an, surat kabar cetak mati diganti online media, tapi lahir pekerjaan seperti content creator dan digital marketer. Tapi manusia dapat tetap hidup berdampingan sekarang, kan? Kita selalu menemukan cara baru untuk berkontribusi.
Jadi, motivasi buat anda: Tetap tenang aja, ini bukan akhir dunia, tapi kesempatan untuk beradaptasi. Mulai belajar skill baru seperti prompt engineering untuk AI atau bidang yang butuh sentuhan manusia seperti kreativitas emosional dan etika. Ingat, AI mungkin ganti pekerjaan, tapi manusia yang punya empati dan inovasi asli nggak tergantikan. Ayo, upgrade diri sekarang! Masa depan ekonomi dunia bakal lebih cerah kalau kita siap main bareng AI, bukan melawannya. Gimana menurut anda? Siap adaptasi?